Seks, Bukan Sekedar Alat Berkembang Biak

Seks, Bukan Sekedar Alat Berkembang Biak

14.16 0

Ironis, miris! Itu kata-kata yang keluar tanpa sadar, meluncur begitu saja dari mulut saya, ketika melihat kenyataan sepasang anak manusia saling mencaci dan membunuh nurani sendiri, hanya karena seks! Mereka tidak malu lagi untuk bertengkar di depan muka saya. Risih rasanya kena hamparan energi 'busuk' dari rasa marah dan benci sepasang anak manusia.

Ini kisah sebulan lalu, dimana saya kedatangan sepasang klien yang masih muda usia. Pernikahan mereka baru berjalan tahun ketiga. Mereka memiliki anak mungil yang cantik berusia dua tahun. Pasangan ini datang dengan kendaraan masing-masing, sebagai ciri orang yang sedang ber-'problem relasi'.

Setelah berkomunikasi dengan keduanya, saya mendapat kesan, sekslah yang menjadi biang keladi dari masalah mereka. Seks pula yang membuat mereka 'terpaksa' terikat menjadi sepasang suami istri. Karena seks pula, lahir seorang anak di antara mereka.

Mereka setuju, masalah yang mereka hadapi, dituliskan untuk media masa. Diharapkan, banyak pasangan belajar dari masalah mereka dan terhindar dari neraka dunia yang diciptakan sendiri.

Karena seks, seseorang akhirnya 'ditangkap' untuk menikah! Demikian juga klien saya yang datang berkonsultasi ini. Mereka akhirnya dinobatkan menjadi sepasang suami istri dengan keadaan wanita sudah mengandung enam bulan. Janin tersebut hasil perbuatan seks yang tidak direncanakan. Perbuatan seks ini tidak didasari cinta kasih, hanya sekedar pelampiasan birahi dan rasa ingin tahu akan rasanya.

Ketika mereka resmi hidup serumah dengan 'label' suami istri, mereka kaget dengan segala yang mereka hadapi. Mulai dari kebiasaan masing-masing sampai jalan pikiran. Tidak satupun yang mereka dapatkan untuk bisa hidup harmonis. Kemana keromantisan saat mereka mampu mencetak seorang janin di antara mereka?

Kelahiran anak tak berdosa di antara mereka, tidak bisa membuat mereka menjadi sepasang orang tua yang memberi kenyamanan hidup untuk jiwa anaknya. Akhirnya, mereka memilih jalan hidup masing-masing tetapi tinggal dalam satu atap. Karena, hukum masyarakat kita masih banyak yang menabukan perceraian!

Pisau Bermata Dua
Saat ini, aktivitas untuk menyalurkan kebutuhan biologis sebagai pasangan suami istri sudah tidak pernah dilakukan. Mereka lebih sering saling menyakiti daripada berkasih mesra. Dalam keseharian, mereka kadang membawa pacar masing-masing ke rumah.

Seks merupakan aktivitas fisik dan psikis yang bermata dua, bisa menjadi obat yang ampuh, tetapi bisa menjadi senjata yang mematikan bagi jiwa. Seks yang dilakukan sembarangan, apalagi dengan keadaan setengah mabuk karena minuman dan arena pergaulan 'bebas', akan membuat bencana hidup untuk selanjutnya.

Demikian juga yang terjadi dengan pasangan contoh ini. Mereka tidak sadar melakukan hubungan seks tanpa rencana. Padahal, yang mereka lakukan bisa membuahkan seorang anak manusia dan sebagai orang tua, mereka harus bertanggung jawab.

Kita seharusnya sadar, melakukan seks bisa mengakibatkan kehamilan. Jika melakukan hubungan seks sekedar untuk memenuhi kebutuhan biologis, berhubungan badan, sebaiknya pakailah alat pencegah kehamilan. Hal ini, tentu saja, jika dilakukan dalam kondisi sadar, ingin melakukan hubungan seks tanpa ingin mengakibatkan kehamilan.

Kita mempunyai tubuh dan pikiran. Sebagai manusia yang hidup dengan berkesadaran, kita yakin hukum sebab akibat yang menjadi dasar kehidupan manusia ada pada kita. Setiap aksi kita pasti menimbulkan reaksi positif dan negatif untuk kehidupan itu sendiri.

Nah, isilah kehidupan rumah tangga kita dengan kenikmatan yang diberi Tuhan. Yaitu, hidup sebagai pasangan yang bisa menciptakan surga duniawi. Artinya, melakukan hubungan seks dengan makna “bercinta” dengan segenap jiwa raga, bukan melakukan seks hanya karena mau! Tetapi harus ada arti yang mendalam untuk jiwa kita.

Makna Hubungan Seks
Dalam aliran Tantra, Kamasutra, TAO, dan sejenisnya, kita diajarkan bahwa energi yang saling bertukar ketika aktivitas seks dilakukan akan mengalir keseluruh jiwa kita dan mengisi setiap relung sanubari. Disinilah rahasianya, mengapa orang yang mengumbar hawa nafsunya untuk melakukan hubungan seks dengan sembarang orang, jiwanya serasa berhutang terus! Berhutang pada keyakinan bahwa seks tidak bisa menenangkan jiwanya! Seks hanya aktivitas fisik, sama seperti olah raga yang menghasilkan gesekan dan keringat dan lenguhan kepuasan semu yang sesaat.

Seks seharusnya menjadi arena peleburan batin dua orang yang saling mencintai. Sebab cinta mengajarkan pasangan untuk mengalirkan energi, lebih dari sekadar sentuhan fisik. Sehingga, pasangan yang bercinta dengan batin, akan merasakan hubungan medan elektrik itu. Bahkan, medan elektrik tersebut masih terasa ketika mereka tidak bersentuhan atau tidak berada dalam tempat yang sama.

Dalam istilah Jawa kuno, hubungan seks dinamakan Asmaragama. Asmara berarti percintaan dan gama berarti senggama. Dengan demikian, kita memaknai seks itu seni bercinta yang memadukan dua tubuh dan dua jiwa pelakunya.

Banyak orang terbiasa melakukan hubungan seks dengan banyak orang dan tidak terikat perasaan dan emosi. Tetapi jiwa mereka tetap merasa kosong jika belum melakukan hubungan seks dengan orang yang benar-benar dicinta dan yang mengisi seluruh lubuk hatinya. Disinilah, kita melihat perempuan atau lelaki yang hanya melakukan hubungan seks sekedar melampiaskan nafsu birahi, sebagai ajang saling menggesek kulit.

Jadikanlah hubungan seks sebagai perbuatan berkasih sayang yang bertanggung jawab! Bukan saja pada diri sendiri, juga pada orang lain. Hanya dengan berkesadaran dengan cinta kasih maka seks pantas dilakukan. Jangan pernah mengadaikan perasaan cinta untuk seks sesaat.

Jangan membuat hidup kita menderita karena seks. Seks adalah kebutuhan biologis setiap manusia. Dengan seks kita belajar mengontrol emosi, belajar memahami orang lain, belajar mengendalikan ego, dan belajar menyatukan kejiwaan kita menuju hidup harmonis.

Seks bukan sekedar alat untuk berkembang biak. Tetapi, seks adalah tanggung jawab jiwa yang akan menentukan nasib generasi-generasi selanjutnya. Jangan melakukan hubungan seks karena sekedar 'iseng' dan mau! Tapi sadarilah, dengan melakukan hubungan seks, kita sudah bertukar energi kejiwaan dengan pasangan 'main'. Disitulah kita melakukan keterikatan energi yang tidak terlihat mata fisik dan jiwa kita bertanggung jawab atas perbuatan fisik yang kita dilakukan!

Paus, Relativitas dan Al quran

Paus, Relativitas dan Al quran

02.47 0

Paus dan Kristen menolak paham Relativisme Iman. Maka suatu hal yang aneh, jika kaum Muslim malah ikut-ikutan mengadopsi nilai-nilai relativisme dalam dunia Barat.

Pada 17 Januari lalu, Surat Kabar New York Sun, menurunkan tulisan Daniel Pipes, berjudul "The Pope and the Koran" (Paus dan Al Qur'an). Pipes, yang dikenal sebagai ilmuwan garis keras dalam memandang Islam, mengungkap pernyataan Paus Benediktus XVI tentang Al Qur'an, dalam sebuah seminar tentang pemikiran Fazlur Rahman, pada September 2005 lalu.

Quote:
Paus, seperti dikutip Pipes, dari Pastor Joseph D. Fessio, menyatakan, bahwa dalam pandangan tradisional Islam, Tuhan telah menurunkan kata-kataNya kepada Muhammad, yang merupakan kata-kata abadi. Al Qur'an sama sekali bukan kata-kata Muhammad. Karena itu bersifat abadi, sehingga tidak ada peluang untuk menyesuaikannya dengan kondisi dan situasi, atau menafsirkannya kembali (There’s no possibility ofadapting it or interpreting it).

Menurut Paus, sifat Al Qur'an yang semacam itu, memiliki perbedaan utama dengan konsep dalam Yahudi dan Kristen. Pada kedua agama ini, kata Paus, Tuhan bekerja melalui makhluknya. Maka, kata-kata dalam Bible, bukan hanya kata-kata Tuhan, tetapi juga kata-kata Isaiah, kata-kata Markus.

Dalam istilah Paus,“Tuhan menggunakan manusia dan memberikan inspirasi kepada mereka untuk mengungkapkan kata-katanya kepada manusia” (He’s used His human creatures, and inspired them to speak His word to the world).”

Karena itu, menurut Paus, kaum Yahudi dan Kristen, dapat mengambil apa yang baik dalam tradisi (kitab) mereka dan menghaluskannya. Jadi, kata Paus, dalam Bible itu sendiri ada logika internal yang memungkinkan untuk disesuaikan dan diaplikasikan sesuai dengan situasi dan kondisi yang baru (There is, in other words,“an inner logic to the Christian Bible, which permits it and requires it to be adapted and applied to new situations”). Dalam istilah Paus, Bible adalah “kata-kata Tuhan yang turun melalui komunitas manusia”.
Konsep itu tentu sangat berbeda dengan Al Qur'an, yang hingga kini diyakini oleh kaum Muslimin, sebagai “lafdhan wa ma’nan minallah” (lafadz dan maknanya dari Allah). Meskipun, sama-sama keluar dari mulut Rasulullah SAW, tetapi sejak awal sudah dibedakan antara Al Qur'an dengan hadits Nabi.

Quote:
Menurut Paus, karena sifat Al Qur'an yang seperti itu, maka Al Qur'an tidak dapat diubah dan tidak dapat diaplikasikan (something dropped out of Heaven, which cannot be adapted or applied). Sifat yang tetap dan tidak berubah dari Al Qur'an itu, kata Paus, memiliki dampak besar, yakni bahwa Islam adalah agama yang tetap (statis), yang terpaku pada satu teks yang tidak dapat diadaptasikan (This immutability has vast consequences : it means “Islam is stuck. It’s stuck with a text that cannot be adapted”).
Daniel Pipes sendiri dalam artikelnya menyatakan kritiknya terhadap pendapat Paus tentang Al Qur'an tersebut. Al Qur'an, kata Pipes, tetap bisa di interpretasikan, dan penafsiran itu selalu berubah. Al Qur'an, sebagaimana Bible, juga memiliki sejarah.

Jadi, kesimpulan Pipes, Islam bukanlah statis, fixed, atau beku (stuck), sebagaimana dikatakan Paus, tetapi yang sangat besar diperlukan untuk membuat Islam terus bergerak atau berubah (As this suggests, Islam is not stuck. But huge efforts are needed to get it moving again).

Demikian pandangan Paus dan Pipes tentang Al-Quran dan Islam.

Pandangan Paus tentang Al Qur'an itu perlu dicermati, sebab Paus yang sekarang memang dikenal sangat gigih dalam mempertahankan dogma-dogma keimanan Katolik. Ia dikenal sangat konservatif dalam menjaga doktrin Katolik.

Pandangannya tentang Al Qur'an, pada satu sisi, memberikan pengakuan, bahwa ada perbedaan yang mendasar antara konsep Al Qur'an sebagai Kalamullah, dengan konsep Bible sebagai ‘firman Tuhan’, yang mengandung unsur manusiawi.

Ini yang seharusnya juga disadari oleh umat Islam, khususnya kalangan cendekiawannya, sehingga tidak mudah begitu saja mengadopsi metodologi penafsiran Bible (hermeneutika), ke dalam metode penafsiran Al Qur'an.

Karakteristik Al Qur'an yang teksnya diakui sebagai wahyu oleh umat Islam, sangat berbeda dengan karakteristik teks Bible yang diakui oleh Paus, mengandung unsur-unsur manusiawi.

Tetapi, pada sisi lain, gambaran Paus tentang Al Qur'an dan Islam, juga terlalu sederhana, bahwa seolah-olah semua ajaran Islam dan penafsiran terhadap Al Qur'an adalah statis dan sama sekali tidak berubah.

Untuk hal-hal yang pokok (qath’iy) memang ayat-ayat Al Qur'an tidak bisa ditafsirkan dengan multi tafsir.

Semua kaum Muslimin akan bersepakat tentang hal-hal yang pokok dalam ajaran Islam. Semua umat Islam, misalnya, akan meyakini, bahwa Nabi Isa AS, adalah nabi utusan Allah, bukan Tuhan, atau anak Tuhan.

Nabi Isa juga tidak mati di tiang salib, sebagaimana diyakini oleh Paus dan pengikutnya. Tetapi, tidak semua penafsiran Al Qur'an bersifat beku dan jumud. Banyak ayat-ayat yang memungkinkan ada perbedaan pendapat dalam penafsiran.

Dalam ilmu tafsir, ayat-ayat itu dikenal dengan istilah ayat-ayat dzanniy. Tapi, apa pun perbedaan penafsiran dalam ayat-ayat dzanniy, umat Islam tetap berpegang pada teks Al Qur'an yang sama. Tidak pernah umat Islam terpikir untuk membuat Al Qur'an baru, kecuali dilakukan oleh sebagian kecil kalangan yang terpengaruh oleh cara berpikir dalam tradisi Kristen tentang Kitab mereka.

Jadi, gambaran Paus tentang ‘statisitas’ Islam, tidak sepenuhnya benar. Tapi, gambaran kaum liberal, yang mencoba menggambarkan Islam sebagai agama yang selalu berkembang mengikuti zaman dan situasi, juga tidak sepenuhnya benar.
3 Politisi PDI Perjuangan Diperiksa KPK3 Politisi PDI Perjuangan Diperiksa KPK

3 Politisi PDI Perjuangan Diperiksa KPK3 Politisi PDI Perjuangan Diperiksa KPK

02.42 0

Komisi Pemberantasan Korupsi terus mendalami peran para tersangka suap pemberian cek pelawat dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 2004. Hari ini, KPK memeriksa tiga tersangka yang merupakan politisi PDI Perjuangan.

Para tersangka yang diperiksa adalah Panda Nababan, Max Moein, dan Rusman Lumbantoruan. Panda Nababan, tiba terlebih dahulu di Gedung KPK, Jakarta, Senin 22 November 2010.

"Saya diperiksa sebagai saksi untuk (tersangka) Max Moein," kata Panda. Menurutnya, dia akan dicecar KPK terkait jabatannya sebagai Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan DPR periode 1999-2004.

Dua tersangka lainnya, Max Moein dan Rusman Lumbantoruan, hingga kini belum tiba di KPK.

KPK sebelumnya sudah menetapkan 26 tersangka baru dalam kasus ini. Mereka adalah politisi yang berasal dari Fraksi PDI Perjuangan, Fraksi Golkar, dan Fraksi PPP.

KPK menduga 26 politisi itu menerima suap usai pemilihan Miranda Swaray Goeltom sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 2004.

Dalam kasus ini, KPK sudah beberapa kali memeriksa Miranda sebagai saksi. Dalam pemeriksaan, Miranda membantah pernah menjanjikan anggota Komisi Keuangan DPR periode 1999-2004 iming-iming uang jika dirinya terpilih sebagai DGS BI.

"Saya tidak pernah menjanjikan memberi uang atau menjanjikan apapun kepada siapapun sebelum atau setelah pemilihan," kata Miranda.

KPK menyangkakan para mantan anggota DPR itu melanggar ketentuan mengenai penyuapan yakni Pasal 5 ayat (2) jo Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, atau Pasal 11 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) kesatu Kitab Undang-undang Hukum Pidana. (sj)

Nasional Jawa Timur Cantiknya! Foto Bromo dari Luar Angkasa

Nasional Jawa Timur Cantiknya! Foto Bromo dari Luar Angkasa

02.38 0
Gunung Bromo kini jadi pusat perhatian. Sebab, gunung setinggi 2.392 meter itu menyimpan potensi bahaya. Pada Selasa 23 November 2010 pukul 16.30 WIB, diputuskan Bromo berstatus Awas atau Level IV.

Peningkatan status Awas kurang dari 24 jam dari peningkatan status Waspada ke Siaga yakni pada Senin 22 November pukul 23.00 WIB. Belum diketahui, apakah Bromo akan erupsi, namun sejarah mencatat berulang kali gunung ini bergejolak. Yang terakhir pada tahun 2004.

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengabadikan foto satelit Merapi pada 8 Juli 2010. Gambar tersebut diambil melalui satelit IKONOS.
Ditemukan, Hewan Aneh di Dasar Laut Sulawesi

Ditemukan, Hewan Aneh di Dasar Laut Sulawesi

02.36 0
Spesies baru nan unik ditemukan melimpah di Laut Sulawesi. Seperti cumi-cumi, tapi bukan hewan bertentakel itu. Mirip cacing tapi juga bukan. Akhirnya para ilmuwan sepakat menamakan hewan itu 'squid worm' alias 'cacing cumi'.

Penyebutan sebagai cacing cumi bukan hanya karena bentuknya yang mirip, tapi juga berdasarkan karakteristiknya. Tapi, nama ilmiahnya adalah Teuthidodrilus samae.

Hewan unik itu ditemukan oleh ilmiwan dari Woods Hole Oceanographic Institute dan the University of California, Santa Cruz. Lokasinya berada di Laut Sulawesi. Spesies ini diduga kuat berperan sebagai missing link antara spesies yang hidup di lumpur dasar laut dan yang hanya hidup dalam kolom air.

Para ilmuwan menggunakan kapal penjelajah laut yang dikendalikan jarak jauh di cekungan sedalam 2.800 hingga 2.900 meter di antara Indonesia dan Filipina. Atau hanya berjarak 100 meter dari dasar Laut Sulawesi.

Ahli biologi kelautan Santa Cruz, Karen Osborn mengatakan, warna tubuh cacing cumi adalah transisi dari coklat ke hitam. Otot terbesar di bawah kulitnya yang berwarna merah muda mengkilap digunakan untuk berenang.

"Ini merupakan spesies peralihan antara nenek moyang bentik - makhluk hidup dalam lumpur di dasar laut - dan spesies lain yang hidup di kolom air yang tak pernah pergi ke lantai laut," kata Osborn, seperti dimuat situs MSNBC, Rabu 24 November 2010.

Mempelajari spesies baru diharapkan membantu mengumpulkan sejarah evolusi makhluk dan menentukan karakteristik mereka.

Ditambahkan Osborn, cekungan Laut Sulawesi dikelilingi parit itu. Ini mencegah percampuran spesies di kedalaman 1.500 meter. "Ini sungguh dalam dan terisolasi dari perairan di dalamnya," kata dia.

Baru sedikit eksplorasi yang dilakukan di laut dalam. Hadirnya spesies baru, cacing cumi membuktikan, ada banyak hal yang masih jadi misteri di dasar lautan.

"Penemuan ini menunjukkan berapa banyak yang belum kita tahu ada di bawah sana. Bayangkan hal-hal menarik lain yang bisa jadi berada di dasar laut." (sj)