Malaysia ? indonesia ?

22.04
Sebuah artikel menarik yang saya lihat di fajar.co.id yang ditulis oleh seorang professor di bidang hukum UNHAS. Yang isinya memberikan perenungan kepada kita mengapa selama ini Malaysia begitu berani kepada INDONESIA ? semoga bermanfaat

Oleh: Achmad Ali

Makin banyak "rasa marah" yang diberikan Malaysia kepada kita. Ambalat mau direbut. Siti Hajar dihajar majikannya dan banyak kalangan yang menilai, penyebabnya karena bangsa di seberang sana, terlalu meremehkan bangsa kita.

Laskar "Merah Putih" habis-habisan membela Manohara karena menilai suami Manohara yang kebetulan Pangeran Kelantan, sudah keterlaluan memperlakukan isteri dan mertuanya. Hampir setiap minggu berdinas di Malaysia, saya mendapatkan kesan, bangsa Indonesia yang di sana disebut Indon memang terkesan diremehkan di banyak tempat.

Hanya di kawasan Kinabalu, Tawau kita sedikit bisa merasa nyaman, karena di sana terlalu banyak kawan Bugis yang ada di mana-mana. Manohara kata orang-orang Indonesia di Malaysia keliru memilih suami. Pertama, orang Malaysia memang sudah meremehkan Indon. Belum lagi, orang Kelantan terkenal amat arogan dan egois. Bagaimana lagi jika ia seorang pangeran.

Lengkaplah mengapa Manohara hanya dianggap "property" sebagaimana yang ditulis beberapa media.
Dulu Pulau Ligitan dan Sipadan yang diambil Malaysia. Kita keok karena itu keputusan pengadilan internasional dan karena kalah diplomasi. Padahal kita punya ribuan diplomat yang diberi gaji tinggi oleh republik ini. Lebih menyakitkan lagi, di banyak tempat di Malaysia, mata kita selalu disergap dengan ajakan untuk "memvote" Pulau Sipadan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Dan kabarnya, Sipadan sudah berada di atas angka ketujuh. Saya terkesan dengan cara pemerintah Malaysia "menjajakan" peluang Sipadan masuk tujuh keajaiban dunia. Poster dan gambar yang dibuat begitu menarik. Saya berpikir, tidak banyak orang yang tahu sebelumnya, bagaimana menariknya Sipadan, kecuali setelah ia melihat poster tsb. Saya mencoba membuka website dan melihat ajakan untuk memilih Pulau Komodo sebagai tujuh keajaiban dunia. Terkesan agak gersang dan satu-satunya yang menarik karena hanya gambar Komodo itu.
****
Bukan karena alasan orang Bugis saya terkesan dengan janji JK untuk menyelesaikan masalah alutista TNI kita dalam waktu tiga bulan setelah Insya Allah terpilih jadi Presiden. Saya percaya JK telah menghitung dengan cermat segala sesuatunya, sebelum mengeluarkan pernyataan. JK tentu telah tahu, kemampuan negeri ini dan apa yang bisa diarahkannya.

Ketika di awal kabinet SBY-JK, pemerintah mengadakan mobil dinas untuk para anggota kabinet, maka Toyota Camry dibeli dengan amat murah karena JK melakukan negosiasi dengan dealer untuk mendapatkan harga khusus ditambah potongan biaya iklan yang tak perlu dibayarkan Toyota Astra lagi. Menurut cerita, JK menyampaikan kepada pihak Toyota, bahwa selama lima tahun mereka tak perlu belanja iklan karena para menteri dengan sendirinya akan menjadi bagian iklan dari Toyota Camry. Inilah kelebihan dari sang saudagar Bugis.

Ketika baru menjabat sebagai PM Malaysia, Tun Razak di masa Orde Baru berkunjung ke Sulsel karena turunan orang Bugis. Ketika sang anak Najib Tun Razak menjadi PM Malaysia beliau juga berkunjung ke Gowa di tengah-tengah ketegangan Indonesia-Malaysia. Sebelumnya Najib �ketika masih menjabat Wakil PM Malaysia- pada beberapa kesempatan, juga berkunjung ke Sulsel.
*****
Kita amat meyakini, Malaysia yang kebetulan berdarah Bugis punya sifat sipakatu, sipakalebbi yang baik. Bugis-Malaysia tentu, bukanlah mereka yang telah menganiaya dan merendahkan orang-orang Indonesia.

Mereka bukanlah menjadi pengarah dari begitu banyaknya provokasi Malaysia terhadap bangsa ini. Maka kita wajib melawan sikap angkuh dari orang-orang Malaysia yang tidak memiliki tata-krama hidup antar-bangsa.

Kepemimpinan gaya Bugis mungkin memang jadi alternatif tata hubungan antar-bangsa di kawasan ini. Kepemimpinan yang tegas, lugas tetapi tetap santun dan saling menghargai. Allah swt tentu tahu, apa yang terbaik yang harus diberikannya, terutama jika sebuah bangsa ingin mengubah arah perjalanannya, menjadi bangsa yang bermartabat! (**)

Artikel Terkait

Previous
Next Post »