Gejala morning sickness biasanya terjadi di trisemester awal kehamilan hingga usia janin 22 minggu. Pada beberapa kasus, mual dan muntah bisa menjadi parah dan mengganggu proses kehamilan. Kondisi ini bisa menyebabkan bayi lahir dengan berat rendah dan kelahiran prematur.
Sebuah studi yang dilakukan sejumlah peneliti dari Norwegian Institute of Public Health, Oslo, menemukan kaitan antara morning sickness dengan faktor keturunan.
Untuk kepentingan studi ini, peneliti mengumpulkan data dari 2,3 juta kelahiran antara tahun 1967 hingga 2006. Mereka melacak insiden hyperemesis gravidarum (mual dan muntah secara berlebihan) pada lebih dari 500.000 ibu dan anak perempuan dan 400.000 ibu dan istri dari anak laki-lakinya.
Diketahui bahwa bila si ibu mengalami kondisi tersebut, anak perempuannya juga beresiko tiga kali lebih besar akan mengalaminya. Sementara itu, risikonya lebih kecil pada menantu dari ibu yang menderita mual dan muntah kehamilan.
"Hyperemesis gravidarum adalah kondisi yang serius dan bisa mengancam kesehatan ibu dan janin. Dengan mengetahui faktor risiko dan penanganan yang tepat, risiko kesehatannya bisa diminimalkan," kata Brad Imler, presiden American Pregnancy Association.
Ia menambahkan, hyperemesis gravidarum terjadi pada 1 dari 100 atau 3 dari 100 kehamilan. Faktor genetik atau keturunan diduga juga menyebabkan kondisi ini. "Hasil penelitian ini menambahkan bukti bahwa faktor keturunan memang berpengaruh," katanya.