Namun hal itu ditentang oleh Prof.Dr. HAMKA yang menegaskan jika seorang pencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa arab yang berdiam diri di pesisir Sumatera barat dan hal ini diyakini oleh para pencatat sejarah dunia islam di Princetown University di Amerika seperti yang disinggung pada berita sebelumnya di Asal mula kapur barus. Hal ini pula di amini oleh Peter Bellwood, seorang Reader in Archeology di Australia national University. Bellwood dalam catatannya mengatakan “Museum Nasional di Jakarta memiliki beberapa bejana keramik dari beberapa situs di Sumatera Utara.
Sebuah dokumen kuno asal tiongkok juga menyebutkan bahwa menjelang seperempat tahun 700 M atau sekitar tahun 625 M hanya berbeda 15 tahun setelah rasulullah menerima wahyu pertama atau Sembilan setengah tahun setelah rasulullah berdakwah terang-terangan kepada bangsa arab di sebuah pesisir pantai Sumatera sudah ditemukan sebuah perkampungan arab muslim yang masih berada di bawah kekuasaan kerajaan Budha Sriwijaya.
Sejarawan T.W. Arnold menguatkan temuan bahwa agama islam telah dibawa oleh mubaligh-mubaligh islam langsung dari jazirah Arab ke Nusantara sejak awal abad ke 7 M. Bukti lain adalah adanya sebuah batu nisan kepunyaan seorang Muslimah bernama Fatimah binti maimun tertanggal 1802 di daerah Leran, Gresik, Jawa Timur.
Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh generasi islam pertama, para sahabat islam di Nusantara bukan berasal dari para pedagang Gujarat dari India, karena sebenarnya pedagang yang dating dari india itu sebenarnya berasal dari jazirah Arab, lalu dalam perjalanan melayari lautan menuju Sumatera mereka singgah dahulu di India yang daratannya merupakan sebuah tanjung besar(tanjung Comorin) yang menjorok ke laut yang membelah antara Arab dan Sumatera. Lihatlah Atlas Asia selatan dan orang-orang arab singgah di India karena tempat yang sangat strategis sebelum meneruskan ekspedisinya ke kanton di Cina maupun pergi ke Sumatera.