Kali Pertama Terjadi Hujan Uang Rp100 Juta

02.37
JAKARTA -- Sosok Tung Desem Waringin selalu lekat dengan aksi-aksi mengejutkan. Mantan karyawan BCA yang banting setir jadi motivator itu menggelar aksi hujan uang sebesar Rp100 juta dalam rangka peluncuran buku terbarunya, Marketing Revolution.

Mungkin pembaca masih ingat, saat Tung meluncurkan buku pertamanya, Financial Revolution, dengan cara yang sangat heboh. Dia berkuda membelah kemacetan Jalan Sudirman, Jakarta.

Tak sia-sia, buku itu memecahkan rekor penjualan Harry Potter I untuk Indonesia, yaitu mencapai 10.511 eksemplar hanya dalam waktu sehari. "Buku itu (Financial Revolution, Red) hanya laku sepuluh ribu sekian eksemplar karena memang dicetak segitu. Kita sama sekali tidak menyangka. Sehari diluncurkan langsung habis, stok di semua toko kosong selama 15 hari," cerita pria kelahiran 22 Desember 1967 tersebut, tadi siang.

Kemarin, alumnus UNS Surakarta itu kembali menggelar acara sensasional untuk pre-launching buku keduanya, Marketing Revolution. Dia menggelar acara hujan uang senilai Rp100 juta di lapangan Desa Drangong, Kecamatan Taktakan, Serang, Banten. "Apakah Tung sudah terlalu kaya sampai akhirnya menyebar uang? Apa hujan uang ini aksi sosial? No, no. Ini sebuah protes marketing," tuturnya.

Pria yang pernah mendapat gelar Top 10 Eksekutif di Indonesia dari Grup Jawa Pos dan Lions Club Surabaya itu berangkat dari Lapangan Udara Pondok Cabe, Jakarta. Di badan pesawatnya, tertulis judul bukunya, Marketing Revolution, dengan huruf kapital berwarna biru.

Acara tersebut semula dijadwalkan dihelat di Parkir Timur, Senayan. Karena tak mendapatkan izin kepolisian, lantas dipindahkan ke Serang, Banten. Tung berencana memindahkan acaranya ke Kepulauan Seribu, namun juga tidak mendapatkan izin dari Polda Metro Jaya.

Pantauan koran ini di lapangan, ratusan warga sudah menunggu aksi heboh tersebut sejak pukul 08.30. Padahal, Tung dengan pesawatnya baru berputar-putar di langit Serang sekitar pukul 09.20. Tak hanya warga desa setempat yang mencoba peruntungan.

Sejumlah warga dari desa tetangga juga berduyun-duyun di lapangan sepak bola tersebut. "Lumayan, semoga bisa dapat rezeki sebelum jualan bakso nanti siang," ujar Pardianto, penjual bakso asal Desa Taman, tetangga desa tempat dijatuhkannya uang.

Sekitar pukul 09.20, pesawat Tung sudah tampak di langit Serang yang kemarin cerah berawan. Uang Rp100 juta dengan pecahan Rp1.000, Rp5.000, dan Rp10.000, dibagi ke dalam 10 kantong. Lima menit kemudian, pesawat tersebut melintas di atas lapangan. Ratusan warga sudah riuh, saling berlari dan bersorak. Tapi, kantong uang tak jua disebarkan. "Pesawat masih mencari arah angin yang tepat," terang seorang aparat keamanan yang memegang pengeras suara.

Akhirnya, tepat pukul 09.25, kantong pertama dijatuhkan. Blur�dan uang-uang itu pun berhamburan. Warga langsung berebut. Sayang, angin yang berembus kencang membuat uang-uang itu mengarah ke luar lapangan. Warga langsung berlari, memanjat pagar lapangan. Bahkan, ada yang memanjat rumah. Sawah-sawah becek diterjang.

Sepuluh menit kemudian, kantong kedua diterjunkan. Kali ini, pesawat terbang lebih rendah. Sehingga, uang terpusat di lapangan. Aksi saling berebut tak terelakkan. Puluhan orang saling menindih, panitia pontang-panting meredakan ketegangan.

Ada satu kejadian yang memilukan. Tatik Rusmiyati, 43 tahun, pada sebaran kantong keempat berlari sekuat tenaga menuju pusat sebaran uang. Dia melompat, dan tangan mungilnya berhasil meraih segepok uang. Sayang, sedetik kemudian, puluhan orang mengerubutinya dan menindihnya.

Puluhan orang tadi berusaha merebut uang dari dekapannya. Tatik menindih uang dengan badannya. Dia menjerit. Panitia berusaha menghentikan aksi tersebut. Suasana sesaat reda, tapi ada sejumlah perempuan yang masih berusaha merebut. "Itu uang saya! Sini!," ujarnya setengah menangis.

Sang perempuan yang merebut tak mau kalah, tetap ngotot merebut uang. Akhirnya, seorang petugas keamanan datang melerai. Tatik langsung mencopot kerudungnya, lantas memasukkan uang ke kerudung kuning itu. "Saya senang sekali. Alhamdulillah, bisa membantu bapak. Sekarang zaman susah," ujarnya dengan terisak.

Sejumlah warga mengalami luka. Namun, hanya lecet-lecet. Di akhir acara, seorang gadis pingsan. Lutut dan mata kakinya berdarah. Dia langsung dilarikan ke rumah sakit dengan mobil petugas keamanan. (eri)

Sumber :http://fajar.co.id

Artikel Terkait

Previous
Next Post »