Di usia menginjak 39 tahun, Farid, sebagaimana pria yang sudah mapan lainnya sudah hampir mewujudkan semua cita-citanya. Tapi, siapa sangka jika pengusaha bertubuh bugar itu divonis dokter menderita diabetes melitus dan penyakit jantung. "Selama ini tidak pernah ada gejala penyakit saya rasakan," katanya.
Farid layak untuk terkejut karena sejak usia muda ia rajin berolahraga. "Setiap hari dua jam saya melakukan lari di pinggir pantai," kata pria yang tinggal di perumahan elit di daerah Ancol Jakarta Utara ini.
Menurut dr.Samuel Oetoro, sp.GK, ahli gizi dari Klinik Spesialis Semanggi, contoh seperti Farid mudah ditemui. Berbagai penelitian memang menunjukkan, aktivitas olahraga bisa menyebabkan stres oksidatif atau kerusakan jaringan tubuh. Stres oksidatif sangat mungkin terjadi, terutama pada jaringan otot yang digerakkan selama olahraga.
Selama berolahraga, konsumsi oksigen manusia dapat meningkat 10-15 kali. Dari jumlah oksigen yng terkonsumsi, 90-95 persen akan diubah menjadi air, sedangkan sisanya dapat berubah menjadi senyawa oksigen reaktif (SOR). Dari hasil penelitian diketahui, beberapa SOR yang terdapat di dalam tubuh adalah radikal bebas.
Dalam jumlah normal SOR bermanfaat bagi tubuh, misalnya untuk membunuh mikrobia patogen dan mengatur pertumbuhan sel. Namun, apabila berlebihan dan pertahanan antioksidan tubuh kurang memadai, maka akan menyebabkan stres oksidatif atau kerusakan jaringan-jaringan tubuh. "Dampaknya memang tidak instan, tapi nanti 10-20 tahun lagi," kata dr.Samuel.
Meskipun tubuh bisa memproduksi antioksidan, namun dr.Samuel menyarankan agar kita mengonsumsi beragam makanan yang mengandung antioksidan, yakni sayur dan buah yang mengandung vitamin A, C, E dan mineral. "Supaya optimal, konsumsi bermacam buah dan sayuran yang beraneka warna," katanya.
Bagi orang yang aktif dan lebih banyak makan di luar, mungkin agak sulit memenuhi kriteria konsumsi berbagai macam sayuran dan buah untuk memenuhi kebutuhan antioksidan yang diperlukan tubuh. Untuk itu Anda bisa menyiasatinya dengan memilih jenis buah atau sayur yang tinggi kandungan antioksidannya.
Sumber Antioksidan
Salah satu buah yang terbukti tinggi kandungan antioksidan adalah buah kiwi. Kapasitas antioksidan kiwi terhadap senyawa radikal bebas menempati posisi ketiga tertinggi setelah orange dan anggur merah. Kiwi mengandung vitamin C dalam jumlah yang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin C yang terkandung dalam jeruk, mangga, nanas, pisang, dan apel.
Kandungan vitamin C inilah yang menyebabkan buah kiwi disebut memiliki antioksidan yang kuat. Menurut dr.Fiastuti Witjaksono, Sp.GK dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengonsumsi dua buah kiwi sehari mencukupi lebih dari kebutuhan harian vitamin C untuk orang dewasa. "Vitamin C meningkatkan kemampuan tubuh memerangi infeksi, sehingga tubuh tidak mudah sakit," katanya.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Cancer Research Journal disebutkan vitamin C di dalam kiwi juga dapat menurunkan risiko kanker dan memperlambat pertumbuhan sel kanker sehingga lebih responsif pada kempoterapi.
Sementara itu kandungan vitamin E pada kiwi dua kali lipat lebih banyak dibanding alpukat. Sudah lama diketahui vitamin C dan E merupakan senyawa antioksidan yang berfungsi memperlambat penuaan dan menangkal radikal bebas yang bisa kita temui dalam asap rokok serta polusi kendaraan bermotor.
Selain kandungan antioksidan, kandungan mineral yang ada dalam buah kiwi, seperti kalium (potasium), magnesium, kalsium, tembaga, seng, dan fosfor, sangat disarankan untuk mereka yang hobi berolahraga. Senyawa kalium berperan penting dalam menjaga fungsi otot dan gerak refleks sistem saraf. Mineral ini juga menjaga keseimbangan air dalam tubuh. Itu sebabnya olahragawan dan pekerja berat dianjurkan mengonsumsi kalium yang cukup.
Selain botol air minum, selalu simpanlah buah-buahan seperti kiwi atau jeruk di tas dan konsumsi sumber antioksidan ini setelah berolahraga. Manfaat ekstra, rasanya yang segar juga bisa membuat Anda bersemangat kembali.